Materi Kuliah Agama Islam
Curug Pitu
Link Sahabat
Salam Persaudaraan, Antara Ukhuwan dan Ashobiyah
Assalamu'alaikum wr. wb
Secara konsep, sangatlah mudah membedakan antara ukhuwah (persaudaraan) dan ashobiyah (fanatisme), namun dalam realisasinya sangatlah sulit untuk dipilah. Sering kita tidak sadar telah terjebak dalam shabiyah, yang mungkin selama ini dianggap sebagai ukhuwah. Hal ini perlu kajian ulang dan pemikiran yang jernih, untuk bisa menemukan hakekat ukhuwah islamiyah yang sesungguhnya.
Sebenarnya ukhuwah dikalangan kaum muslimin sudah cukup bisa dibanggakan. Hanya saja sangat disayangkan, ukhuwah ini hanya terjalin dalam skala lokal. Rasa saling berbagi, bersaudara hanya terjalin sesama kelompok, partai dan organisasi tertentu saja. Ukhuwah seperti inilah yang seharusnya dipangkas, karena ia sesungguhnya hanyalah ashabiyah. Karena ukhuwah yang sesungguhnya harus dipupuk adalahpersaudaraan lintas kelompok, partai dan organisasi..
Wassalamu'alaikum wr. wb.
Selasa, 30 Desember 2008
Berhentilah Berwacana, Saatnya Membumikan Agama Dengan Tindakan Nyata
Diposting oleh _____________________________ di 16.38 0 komentar
Minggu, 21 Desember 2008
Tata Krama Hanya Milik Orang Kaya!!!
Diposting oleh _____________________________ di 00.25 0 komentar
Selasa, 02 Desember 2008
Seminar Nasional Penentuan Awal Bulan Kamariah
Menurut peserta sekaligus pemateri dari Persis, Syarif menuturkan, pentingnya ada kesepahaman diantara ormas Islam dan jamaah yang mempunyai patokan dalam menentukan tanggal Bulan Kamariah, walaupun sulit untuk menyatukan diantara ormas yang mempunyai dasar sendiri. Seminar dengan tema Merajut Ukhuwah Di Tengah Perbedaan, dihadiri beberapa narasumber diantaranya Jamaah An-Nadzir, Tarikat Naqsyabandiyah, PB NU, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Persis, dan PP Muhammadiyah..
Diposting oleh _____________________________ di 19.31 0 komentar
Selasa, 11 November 2008
Pelepasan Jama'ah Haji, Dukuh Gedongkiwo
Menurut saya ibadah haji mempunyai makna yang sangat luar biasa. Hanya saja makna yang terkandung dalam ibadah haji masih kurang bisa dicerna dengan baik oleh sebagian jama'ah haji, sehingga terkadang semangat haji tidak dimiliki pasca pulang ke kampung halaman. Lihat saja fenomena gelar "H" pada jama'ah haji yang membuat derajat mereka terangkat satu tingkat lebih tinggi dibanding yang belum haji. Padahal tidak ada dalam sejarah H Muhammad, H Abu Bakar, H Umar bin Khattab, H Ali bin Abi Thalib, H Usman bin Affan dll. Jika tidak hati-hati gelar H ini justru akan menimbulkan kesombongan. Karena semangat haji sebenarnya justru menganggap semua orang adalah sama. Pakaian putih "ihram" yang dipakai oleh semua jama'ah lintas negara, lintas warna kulit, lintas bahasa dll, telah jelas menggambarkan semangat semua manusia sama dihadapan Allah.
Bagaimana tentang haji mabrur??? Ketika Abu Bakar ditanya tentang itu, beliau menjawab: lihat saja setelah mereka pulang ke Madinah. Artinya ciri haji mabrur bisa dilihat dari keshalehan jama'ah pasca pulang kampung, baik sholeh individual maupun sholeh sosial. Hal yang banyak terlupakan adalah shaleh sosial, sepulang haji ia tidak hanya tambah rajin ibadahnya tetapi rajin pula membantu orang-orang yang membutuhkan di sekelilingnya.
Terdapat kisah sufi yang mengharukan yang mencerminkan pribadi shaleh secara sosial. Suatu ketika ada seseorang yang menunaikan ibadah haji tertidur lelap ketika wukuf di tengah teriknya matahari di padang Arafah. Dalam tidurnya ia bermimpi berjumpa dengan Rasulullah SAW. Perasaan berjumpa dengan Rasulullah ini memberikan harapan dalam dirinya bahwa hajinya telah menjadi haji mabrur. Namun untuk kepastian, ia memberanikan diri bertanya kepada Rasulullah SAW: “Siapakah di antara mereka yang diterima hajinya sebagai haji mabrur wahai Rasulullah?” Rasulullah SAW seraya menarik napas dalam-dalam, menjawab: “Tak seorangpun dari mereka yang diterima hajinya, kecuali seorang tukang cukur tetanggamu”. Serta merta sang haji tersebut kagum dan terkejut. Betapa tidak, ia tahu persis bahwa tetangganya itu adalah orang miskin, dan terlebih lagi bahwa tahun ini ia tidak menunaikan ibadah haji. Dengan digeluti perasaan sedih, dadanya serasa sesak, ia terbangun dari tidurnya. Sepanjang melakukan wukuf sang haji tersebut mengintrospeksi diri, memikirkan dalam-dalam apa arti di balik mimpi tersebut. Sekembali dari Mekah, ia segera menemui tetangganya si tukang cukur. Ia menceritakan segala pengalamannya selama menunaikan ibadah haji. Tapi cerita yang paling ingin disampaikan adalah perihal diri si tukang cukur itu sendiri Dengan sikap keheranan, ia pun bertanya: “amalan apakah yang anda telah lakukan sehingga anda dianggap telah melakukan haji mabrur?” Tetangganya pun dengan tenang bercampur haru bercerita: “bahwa sebenarnya, ia telah lama bercita-cita untuk dapat menunaikan ibadah haji. Dan telah bertahun-tahun pula ia mengumpulkan biaya. Namun ketika biaya telah cukup, dan tibalah pula masa untuk berhaji, tiba-tiba seorang anak yatim tetangganya ditimpa musibah yang hampir merenggut jiwanya. Maka si tukang cukur termaksud menyumbangkan hampir keseluruhan biaya yang telah bertahun-tahun dikumpulkan itu untuk membiayai anak yatim tersebut, sehingga ia gagal menunaikan ibadah haji”. Sejak itu, pak haji baru sadar, bahwa ternyata kita sering salah langkah dalam upaya mencari ridha Allah. RidhaNya terkadang diburu dengan semangat egoisme yang berlebihan dan tanpa disadari justeru bertolak belakang dengan keridhaanNya. Dengan kata lain, betapa ibadah-ibadah kita sering ternoda oleh lumpur kepicikan egoisme pelakunya, jauh dari nilai-nilai “kasih sayang”. Allahu a'lam
Diposting oleh _____________________________ di 22.54 0 komentar
Sabtu, 25 Oktober 2008
Pelatihan Shalat Guru SMK Muh 3 YK
Diposting oleh _____________________________ di 20.21 1 komentar
Pelatihan Thaharah & Shalat Guru TK ABA Program Plus Tegalsari
Diposting oleh _____________________________ di 20.19 0 komentar
Peran PonPes Dalam Memantapkan NKRI
Diposting oleh _____________________________ di 20.16 0 komentar
Pengalaman Selama Musytar
Namun hal ini tidaklah membuat kita mengeluh, karena ini adalah pengalaman yang sangat berharga. Banyak hal yang bisa diambil hikmahnya dari musyawarah tarjih kemarin, sehingga kedepan kita bisa merancang dan melaksanakan lebih baik lagi. Satu hal yang membuat kita lebih semangat adalah antusis dari perserta yang saya kira tidak cukup kalau cuma diacungi satu jempol saja. Dengan fasilitas yang sederhana, dan mungkin pelayanan kita yang kurang memuaskan, mereka tetap bersemangat membahas satu persatu materi yang disodorkan. Bahkan dalam polling yang kita adakan setelah acara, rata-rata menghendaki acara-acara seperti ini hendaknya terus digalakkan. Alhamdulillah...
Diposting oleh _____________________________ di 20.03 0 komentar
Musyawarah Tarjih PWM DIY
Kesimpulan dan keputusan rapat mudzakarah tersebut membutuhkan perenungan dan pemikiran dari berbagai komponen yang lebih luas dalam lingkungan Muhammadiyah DIY agar benar, aplikatif, dan sesuai dengan ruh Islam sebagaimana yang difahami oleh Muhammadiyah.
Oleh karena itulah, MTT-PWM mengadakan Musyawarah Tarjih (Musytar) yang akan diikuti oleh pimpinan Muhammadiyah, pengurus dan anggota majelis, tokoh masyarakat dan lain sebagainya. Dengan peserta yang terbatas diharapkan dapat menghasilkan out put (hasil) yang maksimal dalam merespon dan menjawab persoalan-persoalan hukum di tengah umat.
Diposting oleh _____________________________ di 19.57 3 komentar
Syamsul: 3 Pendekatan Dalam Mencari Kebenaran
Dia menambahkan, pada dasarnya metodologi adalah alat untuk memperoleh kebenaran. Dalam rangka mencari kebenaran itulah diperlukan pendekatan (logic of explanation dan logic of discovery), sejalan dengan epistimologi tersebut, Muhammadiyah menggunakan tiga pendekatan, yaitu pendekatan bayan, pendekatan irfan, dan pendekatan burhan, kata pria yang juga menjabat sebagai ketua majelis tarjih, dan tajdid Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah.
Pelatihan yang diikuti 60 peserta dari perwakilan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM), dan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) se- Indonesia, Syamsul mengatakan pendekatan bayan adalah pendekatan untuk memahami atau menganalisis teks guna menemukan atau mendapatkan makna yang dikandung dalam, atau dikehendaki lafzh. Untuk itu, pendekatan bayan mempergunakan alat bantu (instrumen) berupa ilmu-ilmu kebahasaan dan uslub-uslubnya serta asbab al-nuzl, dan istinbath atau istidlal sebagai metodenya, karena dominasi teks sedemikian kuat, peran akal hanya sebatas sebagai alat pembenaran atau justifikasi atas teks yang dipahami atau diinterpretasi, kata Syamsul.
Pada pendekatan burhan, menggunakan pengetahuan yang diperoleh dari indera, percobaan, dan hukum-hukum logika. Dalam pendekatan ini teks dan realitas (konteks) berada dalam satu wilayah yang saling mempengaruhi. Teks tidak berdiri sendiri, ia selalu terikat dengan konteks yang mengelilingi dan mengadakannya sekaligus darimana teks itu dibaca dan ditafsirkan, tegas Syamsul. Pendekatan irfan bersifat subyektif, implikasi dari pendekatan irfan dalam konteks pemikiran keislaman, adalah menghampiri agama-agama pada tataran substantif dan esensi spiritualitasnya, dan mengembangkannya dengan penuh kesadaran akan adanya pengalaman keagamaan orang lain (the otherness) yang berbeda aksidensi dan ekspresinya, namun memiliki substansi dan esensi yang kurang lebih sama, tambah Syamsul.
Diposting oleh _____________________________ di 19.49 0 komentar
Pelatihan Ketarjihan dan hisab Rukyat
Dalam kegiatan ini, materi yang disajikan antara lain: Dasar-dasar Ilmu Falak, Hisab Arah Kiblat, Hisab Awal Waktu Shalat, Hisab Awal Bulan Qamariyah, Pengenalan Scientific Calculator dan Perangkat Hisab Rukyat, Teori dan Praktek Rukyat, Pengenalan Software Hisab Rukyat serta Kebijakan Pemerintah dalam Persoalan Hisab Rukyat. Sebagai narasumber/instruktur, selain dari pakar hisab MTT PP Muhammadiyah, seperti Drs. Oman Fathurrohman SW., M.Ag., Dr. H. Susiknan Azhari, M.A. dan Drs. H. Sriyatin Shadiq, S.H., M.A., diundang pula para ahli dari pihak luar, antara lain: Ir. H. Djawahir, M.Sc., Drs. Munthoha, Drs. H. Sofwan Jannah, M.A. dan dari Dirjen Bimas Islam Departemen Agama.
Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.A., Ketua PP Muhammadiyah, dalam Sambutan resmi pada acara pembukaan menyampaikan bahwa Hisab telah menjadi ciri khas bagi Muhammadiyah. Sementara Nahdlatul Ulama terkenal dengan Rukyat. Sayangnya, di kalangan Muhammadiyah belum banyak kader yang berminat mendalami ilmu ini. Hal itu menimbulkan kesan adanya taqlid kepada Majelis Tarjih dalam persoalan hisab rukyat. Oleh sebab itu, ada baiknya Majelis Tarjih lebih giat mensosialisasikan ilmu hisab rukyat, misalnya dengan membuat buku tuntunan yang bisa dijadikan pegangan bagi warga dan pimpinan Muhammadiyah di semua tingkat
Diposting oleh _____________________________ di 19.42 0 komentar
Qurban di Sambikerep Bantul
Diposting oleh _____________________________ di 19.32 0 komentar
Bedah Buku
Diposting oleh _____________________________ di 19.28 0 komentar