Dia menambahkan, pada dasarnya metodologi adalah alat untuk memperoleh kebenaran. Dalam rangka mencari kebenaran itulah diperlukan pendekatan (logic of explanation dan logic of discovery), sejalan dengan epistimologi tersebut, Muhammadiyah menggunakan tiga pendekatan, yaitu pendekatan bayan, pendekatan irfan, dan pendekatan burhan, kata pria yang juga menjabat sebagai ketua majelis tarjih, dan tajdid Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah.
Pelatihan yang diikuti 60 peserta dari perwakilan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM), dan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) se- Indonesia, Syamsul mengatakan pendekatan bayan adalah pendekatan untuk memahami atau menganalisis teks guna menemukan atau mendapatkan makna yang dikandung dalam, atau dikehendaki lafzh. Untuk itu, pendekatan bayan mempergunakan alat bantu (instrumen) berupa ilmu-ilmu kebahasaan dan uslub-uslubnya serta asbab al-nuzl, dan istinbath atau istidlal sebagai metodenya, karena dominasi teks sedemikian kuat, peran akal hanya sebatas sebagai alat pembenaran atau justifikasi atas teks yang dipahami atau diinterpretasi, kata Syamsul.
Pada pendekatan burhan, menggunakan pengetahuan yang diperoleh dari indera, percobaan, dan hukum-hukum logika. Dalam pendekatan ini teks dan realitas (konteks) berada dalam satu wilayah yang saling mempengaruhi. Teks tidak berdiri sendiri, ia selalu terikat dengan konteks yang mengelilingi dan mengadakannya sekaligus darimana teks itu dibaca dan ditafsirkan, tegas Syamsul. Pendekatan irfan bersifat subyektif, implikasi dari pendekatan irfan dalam konteks pemikiran keislaman, adalah menghampiri agama-agama pada tataran substantif dan esensi spiritualitasnya, dan mengembangkannya dengan penuh kesadaran akan adanya pengalaman keagamaan orang lain (the otherness) yang berbeda aksidensi dan ekspresinya, namun memiliki substansi dan esensi yang kurang lebih sama, tambah Syamsul.
0 komentar:
Posting Komentar