Ibadah-ibadah yang bernuansa sosial agaknya tetap tak bergeming, istiqomah dalam "ketanpa maknaan". Mental-mental "QOBIL" agaknya makin merasuki sebagian kaum muslimin. Sebenarnya saya merasa senang dengan datangnya Idul Adha. Namun satu sisi, miris pula melihat prakteknya. Lihat saja bagaimana orang miskin harus berebut daqing qurban bak harimau hendak memangsa buruannya. Shohibul Qurban memesan jatah daging terbaik dari sembelihannya. Panitia tak ketinggalan meminta jatah lebih dari yang seharusnya. Belum lagi para aghniya' masih pada enggan mengulurkan hewan qurbannya ke daerah-daerah yang membutuhkan. Fenomena ini sungguh miris. Harus ada upaya kedepan untuk memperbaikinya. Paling tidak dengan motivasi yang benar akan memberikan dampak positif bagi pe-qurbannya. So ini PeEr bersama, mewujudkan qurban yang penuh makna..
Materi Kuliah Agama Islam
Curug Pitu
Link Sahabat
Salam Persaudaraan, Antara Ukhuwan dan Ashobiyah
Assalamu'alaikum wr. wb
Secara konsep, sangatlah mudah membedakan antara ukhuwah (persaudaraan) dan ashobiyah (fanatisme), namun dalam realisasinya sangatlah sulit untuk dipilah. Sering kita tidak sadar telah terjebak dalam shabiyah, yang mungkin selama ini dianggap sebagai ukhuwah. Hal ini perlu kajian ulang dan pemikiran yang jernih, untuk bisa menemukan hakekat ukhuwah islamiyah yang sesungguhnya.
Sebenarnya ukhuwah dikalangan kaum muslimin sudah cukup bisa dibanggakan. Hanya saja sangat disayangkan, ukhuwah ini hanya terjalin dalam skala lokal. Rasa saling berbagi, bersaudara hanya terjalin sesama kelompok, partai dan organisasi tertentu saja. Ukhuwah seperti inilah yang seharusnya dipangkas, karena ia sesungguhnya hanyalah ashabiyah. Karena ukhuwah yang sesungguhnya harus dipupuk adalahpersaudaraan lintas kelompok, partai dan organisasi..
Wassalamu'alaikum wr. wb.
Selasa, 01 Desember 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar